Selasa, 19 April 2011

R e t a j i b o t i


RETAJIBOTI. Nama ini muncul dari ide Hirzi yang dia sendiri tidak tahu artinya, tapi nama ini memang dibuat khusus untuk kendaraan yang dinaikinya untuk menjemput dan menyambut Abah yang datang ke Lubuk Sikaping. Beberapa hari sebelumnya Hirzi menelpon Abah yang sedang berada di Bandung. Kata Hirzi, dia punya sesuatu untuk Abah, tapi tidak boleh dikasitau sekarang, nanti saja waktu Abah sampai di Lubuk Sikaping. Abah merasa terharu sekali sembari menebak-nebak, apa gerangan hadiah yang mau dikasi Hirzi buat Abah.... Momen pun tidak ada, ulang tahun Abah juga sudah lewat sebulan.

Tanggal 14 April Abah selesai mengikuti acara di Hotel Ardjuna, Ciumbuleuit, Bandung. Tanggal 15 besok paginya, kira-kira jam 05.45 WIB Abah berangkat dari Bandung menuju Jakarta dengan travel Cipaganti dan langsung masuk bandara Soekarno-Hatta. Pukul 11.40 Abah sudah naik di pesawat Garuda menuju Padang.

Berdebar perasaan Abah mau jumpa sama Hirzi dan Ummi yang sudah seminggu lebih di Lubuk Sikaping karena Ummi sedang stase disana. Jam 13.25 Abah sudah mendarat di Bandara Internasional Minangkabau. Tidak seperti biasanya, Abah langsung pesan taxi pak Amir untuk ke Gadut. Kali ini dari Bandara Abah harus naik travel lagi ke Lubuk Sikaping dengan waktu tempuh lebih kurang 4 jam. Lama menunggu travel yang menjemput Abah, sempat shalat di bandara dan menunggu lagi hingga jam 16.00 baru travelnya datang, dan akhirnya Abah berangkat menuju Lubuk Sikaping.

Tidak ada jalan yang lurus menuju Lubuk Sikaping. Begitu lewat Bukit Tinggi, langsung berjumpa dengan jalan yang berbelok-belok tak henti-hentinya hingga masuk kota Bonjol. Dari Bonjol ke Sikaping belok-belok lagi. Menurut informasi dari Ummi, kata salah seorang Kasubdin di Lubuk Sikaping, dia sudah menghitung jumlah kelok ke Lubuk Sikaping, ada 68 kali kelok. Benar-benar pusing dibuatnya.

Sekitar jam 20.30 Abah sampai di Lubuk Sikaping, ternyata kotanya sangat sederhana, kecil dengan jalan yang kecil juga serta bersih di setiap sudutnya. Suhunya mungkin 25 derajat, termasuk dingin untuk ukuran wilayah tropis seperti kita. Lubuk Sikaping seperti terletak di sebuah kawah, di sekelilingnya berpagar bukit barisan di seluruh arah, berkabut, hutan yang hijau dan terasa lebih alami di banding kota lain. Abah minta diturunkan di komplek perumahan dokter, persisnya di belakang masjid Agung Al-Muttaqin. Alhamdulillah, sudah sampai.

Melirik kiri-kanan, kok nggak ada Ummi dan Hirzi, HPnya nggak bisa dihubungi juga... Abah bingung sejenak.. Tapi tiba-tiba dari arah samping terlihat ada dua orang sedang melirik-lirik juga ke arah Abah, satu perempuan dan seorang lagi anak kecil kira-kira seumur 5 tahunan.... Sama-sama ragu kami menyapa karena situasi sudah gelap.....

"Abaaah..... Mi... Itu Abah......"
"Hirziiiiiii................. Ummiiiiiiiiiiii..........."

Abah, Ummi dan Hirzi berhamburan dari tempat masing-masing dan berlari saling mendekat....... Geudubraakkkk....... Kami bertabrakan di depan pintu pagar dalam situasi yang remang-remang.....

Alhamdulillah..... Bahagianya rasa hati kami bertiga. Tak dapat dilukiskan dengan kata-kata. Dengan sedikit berseloroh sambil berjalan dan menarik tas koper.... Abah langsung bertanya, apa yang Hirzi rahasiakan sejak Abah di Bandung kemarin? Hirzi berpendirian teguh. Dia tidak mau katakan sebelum Abah menginjakkan kaki di rumah. Ya Allah.... Bahagianya hati kami..

Sampai di rumah Hirzi langsung lari ke kamar dan membongkar lemari Ummi, dimana tempat Hirzi menyimpan 'hadiah' kejutannya buat Abah. Dari balik tangannya yang menyilang di belakang, Hirzi berteriak dan mengeluarkan secarik kertas yang sedikit lusuh..... Abah... Selamat Datang ya... Hirzi dan Ummi cinta sama Abah..... Masya Allah.... Abah tertegun melihat isi coretan kertas itu.

Ada tulisan RETAJIBOTI di bagian atas bus, dan tulisan Hirzi dan Ummi dinding mobil bus sebagai tanda bahwa di dalamnya hanya ada dua penumpang; Hirzi dan Ummi. Bus ini datang menjemput Abah. Di bawahnya ada tulisan, 'SELAMAT DATANG ABAH KAMI CINTA ABAH'.

Ya Allah... Bahagia sekali rasa hati ini. Engkau pisahkan kami bertahun lamanya, dan Engkau jumpakan kami setiap Engkau izinkan kaki ini melangkah. Engkau berikan pula kekuatan kepada anak kami Hirzi tanpa dia mengeluh sedikitpun atas kondisi kami. Bercerai badan kami, tapi Engkau satukan hati kami dalam ikatan kasih sayang yang tiada dapat kami ukur kenikmatannya. Ya Allah, perkayalah selalu isi hati dan jiwa kami dengan kemudahan dan kemurahan hati agar kami dapat berbagi dari rezeki yang Engkau limpahkan setiap waktu kepada kami. Amiin...

I love you Hirzi
I love you Ummi

Lubuk Sikaping, 20 April 2011
Ditulis oleh : Abah Hirzi