Senin, 02 Mei 2011

Siswa Antar Waktu

Petualangan Hirzi kali ini terasa lebih seru. Sebelumnya di kabupaten lain tempat Ummi stase; di Lubuk Basung dan Padang Panjang, Hirzi sudah bertekad untuk libur, Hirzi hanya ingin menemani Ummi saja. Tak ada sekolah, tak ada mengaji. Sekolah dan mengaji di rumah atas bimbingan langsung Ummi. Bahkan waktu ke Banda Aceh selama 1,5 bulan bersama Abah di rumah pun Hirzi nggak mengaji, apalagi sekolah. Ya.... Kalau mendengar Ummi ada jadwal stase, Hirzi juga selalu merencanakan kegiatan dalam liburan panjangnya.

Sekolah Hirzi sudah berpindah-pindah, mulai dari Play Group Amalia Syukra di Kota Padang. Setahun berjalan, Hirzi minta pindah sekolah dengan alasan, di Amalia Syukra Hirzi sudah hafal semua jenis mainan dan tempat. Hirzi pingin tempat yang baru. Setelah Hirzi menyampaikan keinginannya dan berdiskusi dengan Abah dan Ummi, Akhirnya Hirzi pindah ke TK Citra Al-Madina yang masih berlokasi di Kota Padang.

Banyak sekali kemajuan Hirzi selama berbaur di dua sekolah ini, seperti saling melengkapi, dan lebih dinamis lagi nuansanya karena lingkungan tempat tinggal Hirzi masih bisa dikatakan sangat kondusif bagi anak seusia Hirzi, hingga akhirnya gempa melanda Bumi Minang pada tanggal 30 September 2009 dengan kekuatan 7,2 Scala Richter. Abah dan Ummi mulai berfikir untuk meliburkan Hirzi sekolah dan memutuskan pindah tempat tinggal ke daerah yang lebih tinggi. Kepindahan ini penting karena adanya isu gempa susulan, sementara Hirzi selalu di rumah berdua dengan kak Mala yang setia menemaninya pada saat Ummi tugas ke Rumah Sakit M. Jamil Padang.

Abah, Ummi dan Hirzi memutuskan pindah ke Gadut, satu tempat yang lumayan jauh dari pusat kota Padang, sangat dekat dengan Industri Pabrik Semen Padang. Untuk mencapainya harus melalui jalan By Pass yang dilalui kenderaan berat dan berbadan besar dan merupakan jalan Lintas Sumatera yang padat.

Seminggu setelah di Gadut, Hirzi didaftarkan di TK Dian Andalas yang jaraknya tidak terlalu jauh dari tempat tinggal baru kami. Mudah dijangkau dengan berjalan kaki. Sekolah ini sekolah terpadu karena di komplek sekolah ini semua jenjang pendidikan dasar menengah menjadi satu lokasi dengan gedung masing-masing menurut tingkatan sekolahnya. Ada TK, SD, SMP dan SMA yang semua dinamai Dian Andalas. Karena Hirzi sudah melanglang buana di berbagai tempat, maka tidak sulit baginya meleburkan diri, hanya butuh waktu dalam hitungan jam saja. tak perlu berhari-hari untuk beradaptasi. Ini adalah sekolah Hirzi yang ke tiga.

Selama di Gadut, Ummi sudah stase tiga kali. Lubuk Basung, Padang Panjang dan Lubuk Sikpaing. Jadwal stase ini tak sedikitpun dikeluhkan oleh Hirzi. Dia menikmati semua yang terhampar di depan matanya. Hirzi sudah sangat mengerti keadaan Ummi dan Abah.. Dan.... Sebagai anak-anak.... Hirzi hanya minta satu kompensasi, jangan ganggu waktu bermainnya, dan melakukan negosiasi jadwal untuk jalan-jalan di beberapa hari ke depannya, sosialisasi jadwal bermain dan jalan-jalan Hirzi selalu dia lakukan setiap saat agar Ummi dan Abah tidak lupa. Tapi Hirzi juga selalu menepati janjinya, selalu istirahat siang hingga jam 3 sore atau sebelum Ashar.

Di tempat stase sekarang, Lubuk Sikaping, salah satu kabupaten di Sumatera Barat yang berjarak tempuh kira-kira 4 jam dari Kota Padang, atau 2 jam dari Bukit Tinggi. Hirzi telah mengalami banyak kemajuan lagi. Atas upaya dan kesabaran Ummi, Hirzi sudah bisa membaca di usianya yang menginjak 5,5 tahun, mengaji sudah sampai Iqra' 4 dan yang paling bahagianya, dia sudah bisa naik sepeda. Untuk itu pula Hirzi semangat lagi minta sekolah, padahal sisa waktu di Lubuk Sikaping hanya tinggal 2 minggu lagi. Tas pun sudah dibeli atas permintaannya waktu kami ke Pasar Aur Kuning di Bukit Tinggi beberapa hari sebelumnya. Bentuk dan jenis tas pun Hirzi yang tentukan. Dia ingin ransel yang tak bergambar apapun, warnanya coklat, dan cukup cantik dipandang mata, kesan tasnya sederhana tanpa pernak-pernik seperti tas sebelumnya yang harus ada gambar Ultraman, Power Ranger, Ben teen, Transformer dan lain-lain.... Hirzi sekarang sudah besar.

Tapi ada satu lagi yang belum dia tunaikan seperti janjinya. Sudah berkali-kali Abah dan Ummi sindir-sindir, walaupun dia risih, tetap dia lakukan. Alasannya Hirzi belum SD.... Kebiasaan Hirzi minum susu menggunakan Dot belum bisa dia tinggalkan, dan sulit dikompromikan karena ini berkaitan dengan kenyamanan. Kalau kami jalan keluar rumah jika harus membawa dot, maka Hirzi menyelipkan dotnya di balik badannya dengan menggunakan plastik atau kertas penutup agar dot-nya tidak kelihatan sama orang yang lewat. Malu, katanya. Dan setiap saat ada peristiwa seperti ini, setiap kali itu pula dia keluarkan pernyataannya, "Nanti kalau Iji udah SD, Iji minum susu pakai gelas", katanya. Kalau ditanya kenapa, ternyata jawabannya, kalau minum susu pakai gelas tidak bisa sambil nonton dan tiduran selonjor di depan tivi, lagi pula Iji kan masih kecil, celotehnya.

Sisa dua Minggu lagi di Lubuk Sikaping, Hirzi mendaftar di sekolah baru. TK KA, Taman Kanak-kanak Kesejahteraan Anak Lubuk Sikaping, Sekolah TK yang ke-4 bagi Hirzi. Bahagia sekali bisa berangkat sekolah lagi. Dan menjadi murid istimewa karena Hirzi adalah Siswa Antar Waktu.... Seperti Anggota Dewan yang tidak habis satu periode dan digantikan oleh rekan lainnya, Anggota Dewan Pengganti Antar Waktu.... Hirzi adalah Siswa Antar Waktu.

Istimewa karena Hirzi tak perlu menggunakan seragam TKKA. Dengan modal petualangnya, Abah dan Ummi yakin, Hirzi tidak sedikitpun grogi apalagi gentar saat dia berbeda dengan temannya yang berseragam lengkap, toh Hirzi adalah satu-satunya siswa yang datang ke sekolah tanpa diantar dan satu-satunya siswa sekolah yang berangkat dan pulang dengan mendayung sepeda.

Cepatlah besar matahariku........
Allah...... Kami bersimpuh memohon, karuniailah anak kami menjadi anak yang shaleh, pintar dan cerdas. Jadikanlah keberadaannya di semua lingkungan sebagai penerang dan penyejuk bagi orang lain. Jauhkanlah dia dari kesombongan, karena kesombongan hanyalah milikMU.