Kamis, 14 Juli 2011

Hujan Ini Semangat Ji...

Muncul kecemasan di hari kedua sekolah Hirzi. Hujan yang mengguyur sejak pukul sembilan pagi di hari pertama, tidak reda hingga hari kedua tiba, bukan main lebatnya. Tekad Hirzi ingin tetap sekolah membuat Abah juga harus mempersiapkan energi lebih untuk mengantar Hirzi. Ini bukan hujan gerimis, tapi benar-benar hujan yang sangat deras. Di berita tivi, menurut BMG, di wilayah Jawa dan sekitarnya merupakan puncak musim panas saat ini, tapi di Padang hujan sudah mulai sejak dua hari lalu setelah berbulan-bulan kering kerontang dihisap musim panas yang menyengat.

Pukul 06.30, dengan menggunakan mantel, Abah dan Hirzi berangkat ke sekolah menembus hujaman air yang terjun dari langit, suara hantaman hujan yang menerpa helm menghalangi komunikasi Abah dengan Hirzi yang duduk di belakang Abah. Terasa jari-jari mungil Hirzi meremas jaket Abah dan beberapa kali terlepas karena badan Hirzi terbawa oleh tas ransel yang cukup berat, bergeser ke kiri dan ke kanan. Tak terdengar Hirzi mengatakan sesuatu, seperti suara bergumam, suara bergumam itu selalu terdengar seiring dengan gerakan tubuh Hirzi ketika menggeser punggungnya untuk memperbaiki posisi duduk.

Sekali-kali Abah menjerit, "Pegang yang kuat Ji", "Apa Baaaahh?", "Pegang dengan dua tangan, yang kuat ya", balas Abah sambil meraih tangan Hirzi dan menempelkannya di bagian samping perut Abah, hanya sejauh itu lingkaran tangan Hirzi mampu meraih tubuh Abah. Hirzi menuruti, dan sempat bergumam lagi, sepertinya Hirzi mengatakan, "Iya Bah".

Laju vario yang kami naiki tak bisa dikebut, disamping hujan lebat dan jalan licin, penglihatan Abah juga sangat terbatas karena kaca helm dipenuhi butir-butir air yang mengganggu pemandangan, kalau kacanya dinaikkan, terpaan air hujan langsung mengenai mata, justeru lebih berbahaya, akhirnya Abah gas motor dengan sangat pelan dan hati-hati. Begtu keluar dari turunan keluar jalan Gadut, kondisi jalan semakin rumit, karena macet yang sangat panjang, tidak tahu dimana pangkal kemacetan sehingga semua kendaraan seperti berhenti bergerak. Sambil berharap hujan reda, Abah tarik lagi tangan Hirzi yang sudah mulai longgar dari pelukannya, perasaan Abah semakin tidak tenang, paha Abah tiba-tiba terasa dingin seperti ditusuk es, air hujan sudah sampai ke kulit Abah, berarti ada kebocoran di bagian mantel sehingga air masuk ke dalam.

Segera Abah meraba dimana posisi ujung mantel bagian belakang berada, tapi tak sampai, yang terpegang justeru tas ransel Hirzi, basah. Abah berteriak, "Iji basah nggak?", "Nggaaak", jawab Hirzi dengan keras. Walau begitu, Abah yakin, bagian tubuh Hirzi ada yang basah, tapi dia merasa tak perlu mengatakan karena dari genggaman jemarinya, Hirzi sedang konsentrasi pada kenyamanan duduknya, sekali-kali kakinya meleset karena belum sepenuhnya kaki Hirzi dapat menjangkau sadel pijakan kaki yang menempel di sebelah kiri dan kanan sumbu roda belakang.

Melihat derasnya hujan dan macet yang panjang, sepertinya waktu tempuh menjadi sangat lama, dari 15 menit perkiraan, bisa jadi berlipat dua. Turun dari Gadut menyeberang ke sisi kiri jalan utama Indarung mengarah ke Simpang Empat By Pass. Terlihat antrian kendaraan pribadi, umum dan truk tronton berderet-deret memanjang tak berujung, klakson tak henti-henti bersahutan, kalau tak biasa bisa memecah konsentrasi pengendara roda dua yang sibuk mengurusi mantel dan posisi duduk, konon lagi yang berboncengan. Tak berani Abah meliuk-liuk seperti pengendara lain karena keselamatan Hirzi lebih utama dari pada kecepatan waktu, biarlah terlambat, kondisi begini memang harus terlambat dari pada celaka.

Macet panjang ini disebabkan salah satu ruas jalan yang mengarah ke Indarung ditutup karena sedang dalam pengerjaan Aspal baru, jadi hanya satu ruas jalan yang mengarah ke Simpang By Pass saja yang difungsikan  untuk dua jalur keluar masuk Indarung. Jalur ini adalah jalur padat kendaraan berat karena di Indarung ada Pabrik Semen Padang. Sebelum menyeberang Simpang By Pass terlihat macet lagi di seberang sana, ada apa lagi?

Hujan tak juga reda, malah semakin menggila, celana Abah sudah habis basah, termasuk lengan baju Abah sudah mulai mengalir air dari celah-celah samping mantel. Celana Hirzi sudah dilipat waktu berangkat, tapi tetap basah juga, kalau sepatu memang sudah sejak awal basah. Sempat terbersit niat untuk memutar haluan dan segera pulang, tapi melihat begitu padatnya kendaraan, tidak mungkin lagi untuk berbalik, pasti semakin tertahan di tengah-tengah arus lalu lintas kendaraan yang tak beraturan ini. Dalam kondisi ini, Abah membayangkan Ummi setiap hari melintasi jalur ini dalam cuaca panas dan hujan, setiap hari selama hampir empat tahun berjalan, berseliweran dengan truk-truk berbadan besar dan bermuatan puluhan ton semen dan minyak dengan perilaku berkendaraan warga Padang yang kurang ramah lalu lintas, tak pernah Ummi mengeluhkan. bayangan ini muncul seketika dan melecut semangat Abah untuk tidak manja melaluinya.

Mulai memasuki Simpang Haru terlihat air megalir deras di sebelah kanan ruas jalan, sedangkan sebelah kiri sudah menggenang cukup tinggi. Abah kembali ragu untuk melewatinya, berhenti sejenak melihat situasi, apakah genangan ini bisa dilewati kendaraan roda dua. Ternyata banyak juga kendaraan roda dua yang tetap nekad masuk genangan, sebagian mendorong dan sebagian lainnya sanggup lewat dengan tertatih-tatih. Hamparan tanah kosong kira-kira memanjang seluas sepuluh pintu ruko itu terlihat seperti danau, rata lurus dilewati air yang mengalir deras memotong jalan Simpang Haru, sampai di tengah jalan menyatu menjadi arus baru dan mengikuti arus jalan menuju tanah yang lebih rendah, arusnya begemuruh kuat seperti sungai.

Abah mengambil posisi paling pinggir dan menaikkan motor ke atas trotoar agar air tak mencapai knalpot, tapi hanya beberapa meter terpergok lubang tutup got, kembali masuk dalam genangan air tinggi, suara motor sudah mulai megap-megap tidak stabil. Hirzi semakin diam dan tak ada gerakan, genggaman tangan kecilnya menusuk-nusuk perasaan Abah, sekaligus menularkan semangat yang kuat untuk berangkat ke sekolah di hari kedua ini. Kalau ada kesempatan Abah jangkau lengan Hirzi dan mengelusnya untuk menenangkan dan memberi isyarat bahwa kami akan sampai sebentar lagi di SD IT Permata itu. Sepanjang jalan berdo'a, ya Allah, kuatkan hati anakku karena tekadnya untuk sekolah, lindungi Hirziku dari segala marabahaya yang melewatinya.

Genangan air cukup panjang untuk dilalui dalam kondisi guyuran hujan yang lebat seperti ini. Menjelang beberapa meter lagi bertemu dengan rambu-rambu memutar untuk mencapai simpang jalan pintas, kami tak bisa memotong ke kanan, karena pengendara lain lalu-lalang dan tak mau berhenti, khawatir kendaraan mereka macet di tengah genangan air yang mencapai lebih setengah lingkaran roda mobil. Abah dan Hirzi yang dari tadi menghidari semburan air pengedara lain, tak dapat dielak, berkali-kali air menyemprot ke tubuh kami. Soal basah tak lagi menjadi beban fikiran, karena memang sudah basah, kini hanya berupaya segera sampai di sekolah sebelum pukul 07.30 Wib.

Begitu ada kesempatan memotong jalan, Abah langsung tancap gas dan masuk di tengah-tengah median jalan serta memutar ke kanan. Kira-kira 50 meter setelah itu terdapat gang di sebelah ruko yang menyambungkan ke jalan utama pinggir sungai seperti yang pernah Ummi beritahu ke Abah sebelumnya. Arus sungai terlihat ganas kali ini karena semua genangan air di jalan-jalan utama tumpah ke sungai ini. Airnya keruh bukan kepalang, gelombang arusnya tak beraturan, bibir air sesekali menjilat bagian atas bronjong pengaman sungai itu seperti hendak melompat. karena pandangan mata Abah yang sangat terbatas, agar mengurangi resiko, mengambil posisi jalan di sebelah kiri habis, khawatir kalau berseliweran dengan kendaraan lain dan terpeleset bisa langsung ke sungai itu. Dari simpang ruko itu terus menyusuri pinggir sungai Andalas hingga mencapai hampir satu kilometer. Di pinggir sungai inilah Sekolah Dasar Islam Terpadu Permata berada. Akhirnya Hirzi sampai di sekolah dengan kondisi basah setengah badan.

Hujan ini adalah semangat Ji. Selama Hirzi bertekad untuk sekolah kita belah genangan air yang menyusuri sepanjang jalan Simpang Haru yang menutupi lebih setengah lingkaran roda vario.

Selasa, 12 Juli 2011

Hari-hari Pertama Masuk SD

Begini rasanya menghadapi hari pertama Hirzi masuk Sekolah Dasar. Berdebar-debar. Bagaimana nanti Hirzi menyesuaikan diri di lingkungan sekolahnya? Walau selama ini sudah sering berpindah-pindah tempat sekolah, kali ini tentu terasa berbeda, karena sekolah yang ini adalah Sekolah Dasar alias SD. Tak terasa, Hirzi memang sudah memasuki SD di usia 5,7 tahun.

Senin, 11 Juli 2011, pukul 06.25 Hirzi sudah selesai berkemas dan siap berangkat sekolah. Seragam Putih Merah menjadikan Hirzi terlihat bukan lagi anak kecil seperti anak-anak TK sebelumnya. Dengan tas ransel coklat polos pilihan Hirzi yang dibeli waktu di Bukit Tinggi beberapa bulan lalu menggantung di belakangnya nampaknya cukup berat karena kebutuhan untuk satu hari ini semua ada dalam tas itu; Buku, Alat Tulis, Snack, Nasi dan Sendal.

Jam 06.45 Wib Hirzi sudah berangkat menuju sekolah, perjalanan normalnya memakan waktu 15 menit, tapi kondisi jalan sekarang ini tidak mungkin dapat ditempuh dengan waktu yang begitu singkat karena salah satu jalur jalan utama dari simpang By Pass menuju Indarung sedang dalam proses pengaspalan sehingga satu jalur digunakan untuk arus kendaraan yang berbeda. Kendaraan macet berkilo-kilo panjangnya dan kendaraan bergerak sedikit demi sedikit.

Karena Hirzi dan Abah naik vario, masih lebih lancar dapat menyelip-nyelip di antara seliweran kendaraan berat yang lalu-lalang di sepanjang jalan menuju Indarung. Seperti informasi yang dikasi Ummi, ada jalan pintas menuju Sekolah Hirzi, setelah jembatan Haru ambil arah memutar balik, kira-kira 50 meter ada lorong di samping ruko, selanjutnya tersambung dengan jalan berukuran selebar kira-kira 5 meter menyusuri sepanjang sungai, jalan ini langsung menuju sekolah yang dituju. Sekolah Dasar Islam Terpadu Permata (SD IT Permata), yang terletak di Jl. Andalas Baru No. 25B Simpang Haru Padang.

SD IT Permata adalah Full Day School. Masuk jam 07.30 dan pulang pukul 16.00. Untuk murid kelas 1, hari pertama dan kedua pulang jam 12.00, sedangkan murid kelas 2 dan seterusnya pulang jam 13.00, hanya untuk dua hari pertama saja. selanjutnya berlaku jadwal normal.

Perkenalan
Karena ini hari pertama, maka murid-murid dan orang tua/wali diperkenalkan dengan segenap staff pengajar dan karyawan SD IT Permata satu persatu dan sekaligus menjelaskan tugas mereka masing-masing, siapa melakukan apa. Seremoni ini memang 'adat-istiadat' di awal sekolah untuk menjalin rasa antara sekolah, murid dan orang tua/wali.

Ada yang menarik selama berlangsungnya seremoni perkenalan ini. Yang namanya anak-anak, luar biasa ribut suasananya. Bisa dibayangkan, di sudut sana ada anak yang menangis karena mungkin terlalu lama berdiri, ada juga di sudut lain menangis karena saat melirik ke belakang, dia tidak melihat orang tuanya berdiri di antara orang tua murid yang lain. Yang bandel-bandel malah berani jongkok sambil menganggu teman-teman lainnya. Yang lucu lagi ada anak yang selalu memegang lengan orang tuanya, tapi orang tuanya terus-terusan berontak agar tangannya terlepas dari genggaman tangan anaknya, saling tarik-menarik tak ada yang mau mengalah, akhirnya orang tua yang mengalah dan ikut berbaris di shaf paling belakang.

Abah lihat Hirzi sudah mulai gelisah juga karena Hirzi sudah mulai berkomunikasi dengan teman di depan dan belakangnya. Sekali-kali terlihat tangan Hirzi menyilang di wajahnya dan sekali-kali sebelah tangannya membentang ke samping dan ke atas. Abah lagi mengira-ngira, apa yang sedang Hirzi lakukan. Tak mau terlewatkan dengan momen unik ini, Abah mengawasi terus sikap Hirzi. Tiba-tiba berkelabat satu lengan di atas bahu Hirzi... Huppp..... Secepat itu pula Hirzi menyilangkan tangannya dan menangkap lengan tangan temannya yang mencoba mau 'menebas' leher Hirzi..... Sambil terbahak-bahak Hirzi dan temannya itu terus berbicara, entah apa yang mereka bicarakan, tapi terlihat gembira, mereka bersenda layaknya anak-anak lain.

Suasana semakin bising dengan tingkah murid-murid ini... Khususnya yang baru masuk kelas 1. Murid kelas 2 dan seterusnya lebih tertib karena mereka sudah memahami aturan main di sekolah ini, dan mereka sudah tahu bahasa tubuh guru-guru mereka sehingga kalau ada gerakan tertentu dari guru yang memegang mike, murid-murid kelas 2 ke atas langsung faham dan diam....

Nampaknya para guru mengharapkan agar orang tua mau membantu mereka untuk mendiamkan anak masing-masing, seperti Abah dan orang tua lain lakukan, dengan menyilangkan jari telunjuk ke mulut ketika mereka menoleh orang tua, anak-anak diam sesaat, tapi hanya sebentar, setelah itu suasana kembali heboh dengan suara cekikikan, tangisan sampai pada suara tiru-tiruan bintang film masing-masing; ada suara pesawat, helikopter dan suara Ultraman Dyna tentunya.....

Guru-guru ini sudah terbiasa menghadapi perilaku aneh anak-anak dan mereka memang sudah mempersiapkan kata-kata magic untuk mengatasi ini, maka tiba-tiba guru yang memegang mike berteriak dengan mengucapkan, "Ambil Kunciiiiiiiiiiii, kunci muluuuuuuttt..... Diiiiiiammmm". Kontan saja semua suara lenyap seperti ditelan bumi. Kami para orang tua saling pandang dan tertawa lega dan tambah yakin, bahwa guru-guru ini memiliki kemampuan untuk mengatasi semua ini. Kata-kata magic itu memang dahsyat, anak-anak jadi bungkam dan konsen kembali mendengar arahan guru-guru mereka.

Sekali-kali guru juga meneriakkan kata-kata, "Allahu Akbar", "Are you ready", dan kata-kata semangat lainnya yang selalu dibalas oleh murid-murid dengan serentak dan gema yang lebih dahsyat lagi.... Karena kata-kata magic ini diucapkan terus menerus, maka murid-murid kelas 1 pun menjadi terbiasa dan menunggu kata-kata itu diucapkan lagi oleh pak guru itu.... Akhirnya mereka memang dapat berkonsentrasi.....

Pembagian Kelas
Setelah selesai acara seremoni perkenalan, masing-masing guru (ustadz/ustasdzah) mengambil posisi dan memanggil murid-murid yang menjadi anak bimbingannya untuk masuk kelas yang memang sudah diatur oleh akademik sebelumnya.

Satu-persatu murid masuk kelasnya, bagi yang tidak mendengar maka tetap dalam barisan sampai namanya dipanggil kembali untuk masuk kelas. Abah sengaja mendengarkan setiap nama yang dipanggil oleh ustadszah, hingga nama Hirzi disebut, tapi Hirzi tidak mendengar karena Hirzi asyik bersenda gurau dengan temannya yang tadi itu, mereka terlihat akrab sekali seperti sudah lama kenal. Mereka seperti tidak peduli lagi pangdilan-panggilan nama oleh ustadzah. Sampai akhirnya hanya ada tinggal 4 orang lagi yang belum dipanggil-panggil, termasuk Hirzi dan temannya itu. Hirzi melirik Abah seperti bertanya, kenapa Hirzi belum dipanggil? Abah hanya senyum memberi isyarat dengan memegang telinga. Hirzi faham, tapi wajahnya mulai memerah, karena Hirzi memang selalu tidak ingin ditinggal sendirian seperti waktu tes masuk beberapa waktu lalu.

Tinggal 3 orang yang tersisa, Hirzi semakin gelisah, kenapa dia tidak disuruh masuk. Akhirnya Abah bicara sama Hirzi, "Tunggu sebentar, nama Hirzi akan dipanggil lagi, dan dengar baik-baik". Ternyata yang dipanggil setelah itu adalah teman Hirzi yang di depan tadi. Tersisa 2 orang lagi, dan ustadzahnya langsung mendatangi Hirzi, "Assalamu'alaikum Hirzi, nama Hirzi sudah dipanggil tadi, ayo kita masuk, ini kelas Hirzi, Kelas Senyum". Kata ustadzahnya sambil mengelus-elus kepala dan memeluk Hirzi sambil menggiringnya masuk ke kelas "SENYUM".
ANAKKU.... SELAMAT MENEMPUH PENDIDIKAN DI SEKOLAH DASAR ISLAM TERPADU PERMATA

Jumat, 10 Juni 2011

Tes Masuk Sekolah Dasar

Suasana yang setiap hari Hirzi impikan, masuk SD. Bagi Hiarzi, masuk SD adalah tahapan dimana Hirzi merasa sudah dewasa dan akan merubah banyak pola dan sikap kesehariannya. Yang jelas seperti janjinya yang sudah lama diikrarkan; Hirzi berhenti minum susu pakai dodot jika sudah masuk Sekolah Dasar, ganti pakai gelas.

Tanggal 21 Mei lalu, Hirzi sudah tes tertulis di Sekolah Dasar Islam Terpadu (SDIT) Permata Padang. Riang bukan kepalang Hirzi waktu menelpon Abah untuk mengabarkan bahwa hari itu Hirzi sudah melalui ujian saringan masuk SD, "Insya Alah Iji lulus Bah", katanya, padahal belum pengumuman. Hirzi mungkin belum begitu paham apa arti lulus tes, yang dia tahu dia sudah dipanggil masuk ke dalam ruangan, disuruh melakukan beberapa perintah dan menjawabnya di kertas secara tertulis, ada gambar dan tulis-tulis, kemudian masuk ruangan guru, gurunya bertanya beberapa hal tentang cara berpakaian dan lain-lain, itulah ikut ujian, setelah ujian pulang dengan rasa senang, kemudian dia menyimpulkan bahwa Hirzi lulus.

Abah ketawa dan senang, tidak terbersit rasa was-was tidak lulus, karena bukan itu yang paling penting, sikap Hirzi yang membuat Abah dan Ummi bahagia. Lulus tidak lulus harus menjadikan Hirzi tetap pada suasana senang dan berlapang dada karena Abah dan Ummi memang sudah merancang beberapa alternatif untuk pendidikan Hirzi, yang penting waktu bermainnya tetap tersedia. Yang lebih penting lagi adalah pendidikan dari Ummi tidak boleh lepas. Ummi sangat bersabar mendampingi Hirzi selama hampir empat tahun di rantau, mulai belajar membaca, iqra' dan lain-lainnya.

tanggal 1 Juni diumumkan hasil tes masuk SDIT Permata. Alhamdulillah Hirzi lulus. Abah dan Ummi tiba-tiba teringat lagi ikrar Hirzi, Abah diskusi sama Ummi, apakah Hirzi masih pakai Dodot? Ternyata Hirzi tetap minum susu pakai dodot. Ummi protes dan mengingatkan janjinya karena sudah lulus di SD. Naluri diplomatis Hirzi keluar saja waktu disinggung masalah ini, "Nanti Mi, sekarang kan belum masuk SD, kalau udah masuk SD nanti baru Iji pakai gelas, sekarang kan masih kecil". Jawaban in persis seperti yang Hirzi sampaikan ke Abah waktu Abah tanya melalui telepon... Hmmm..... Ummi dan Abah harus sabar beberapa saat sampai hari pertama masuk kelas di SD nanti.

Hari ini, Jum'at, 10 Juni 2011, Hirzi masih  mengikuti serangkaian proses seleksi masuk SDIT Permata; Wawancara dan Psikotest. Menurut informasi, proses ini tidak menentukan kelulusan, hanya melihat bakat calon siswa agar dalam perjalanan pendidikan beberapa tahun ke depan, para guru dapat mengarahkan anak didiknya sesuai bakat, minat dan kemampuan. Abah dan Ummi hanya memperhatikan bagaimana Hirzi menyikapi semua proses ini. Hasil memang penting, tapi proses adalah hal yang berharga. Alhamdulillah, Hirzi tetap enjoy dan semangat.

Selamat untuk Anak Abah dan Ummi; Hirzi Abid Alfathiri. Selamat menempuh pendidikan di Sekolah Dasar pertama; Sekolah Dasar Islam Terpadu (SDIT) Permata Padang.

Senin, 02 Mei 2011

Siswa Antar Waktu

Petualangan Hirzi kali ini terasa lebih seru. Sebelumnya di kabupaten lain tempat Ummi stase; di Lubuk Basung dan Padang Panjang, Hirzi sudah bertekad untuk libur, Hirzi hanya ingin menemani Ummi saja. Tak ada sekolah, tak ada mengaji. Sekolah dan mengaji di rumah atas bimbingan langsung Ummi. Bahkan waktu ke Banda Aceh selama 1,5 bulan bersama Abah di rumah pun Hirzi nggak mengaji, apalagi sekolah. Ya.... Kalau mendengar Ummi ada jadwal stase, Hirzi juga selalu merencanakan kegiatan dalam liburan panjangnya.

Sekolah Hirzi sudah berpindah-pindah, mulai dari Play Group Amalia Syukra di Kota Padang. Setahun berjalan, Hirzi minta pindah sekolah dengan alasan, di Amalia Syukra Hirzi sudah hafal semua jenis mainan dan tempat. Hirzi pingin tempat yang baru. Setelah Hirzi menyampaikan keinginannya dan berdiskusi dengan Abah dan Ummi, Akhirnya Hirzi pindah ke TK Citra Al-Madina yang masih berlokasi di Kota Padang.

Banyak sekali kemajuan Hirzi selama berbaur di dua sekolah ini, seperti saling melengkapi, dan lebih dinamis lagi nuansanya karena lingkungan tempat tinggal Hirzi masih bisa dikatakan sangat kondusif bagi anak seusia Hirzi, hingga akhirnya gempa melanda Bumi Minang pada tanggal 30 September 2009 dengan kekuatan 7,2 Scala Richter. Abah dan Ummi mulai berfikir untuk meliburkan Hirzi sekolah dan memutuskan pindah tempat tinggal ke daerah yang lebih tinggi. Kepindahan ini penting karena adanya isu gempa susulan, sementara Hirzi selalu di rumah berdua dengan kak Mala yang setia menemaninya pada saat Ummi tugas ke Rumah Sakit M. Jamil Padang.

Abah, Ummi dan Hirzi memutuskan pindah ke Gadut, satu tempat yang lumayan jauh dari pusat kota Padang, sangat dekat dengan Industri Pabrik Semen Padang. Untuk mencapainya harus melalui jalan By Pass yang dilalui kenderaan berat dan berbadan besar dan merupakan jalan Lintas Sumatera yang padat.

Seminggu setelah di Gadut, Hirzi didaftarkan di TK Dian Andalas yang jaraknya tidak terlalu jauh dari tempat tinggal baru kami. Mudah dijangkau dengan berjalan kaki. Sekolah ini sekolah terpadu karena di komplek sekolah ini semua jenjang pendidikan dasar menengah menjadi satu lokasi dengan gedung masing-masing menurut tingkatan sekolahnya. Ada TK, SD, SMP dan SMA yang semua dinamai Dian Andalas. Karena Hirzi sudah melanglang buana di berbagai tempat, maka tidak sulit baginya meleburkan diri, hanya butuh waktu dalam hitungan jam saja. tak perlu berhari-hari untuk beradaptasi. Ini adalah sekolah Hirzi yang ke tiga.

Selama di Gadut, Ummi sudah stase tiga kali. Lubuk Basung, Padang Panjang dan Lubuk Sikpaing. Jadwal stase ini tak sedikitpun dikeluhkan oleh Hirzi. Dia menikmati semua yang terhampar di depan matanya. Hirzi sudah sangat mengerti keadaan Ummi dan Abah.. Dan.... Sebagai anak-anak.... Hirzi hanya minta satu kompensasi, jangan ganggu waktu bermainnya, dan melakukan negosiasi jadwal untuk jalan-jalan di beberapa hari ke depannya, sosialisasi jadwal bermain dan jalan-jalan Hirzi selalu dia lakukan setiap saat agar Ummi dan Abah tidak lupa. Tapi Hirzi juga selalu menepati janjinya, selalu istirahat siang hingga jam 3 sore atau sebelum Ashar.

Di tempat stase sekarang, Lubuk Sikaping, salah satu kabupaten di Sumatera Barat yang berjarak tempuh kira-kira 4 jam dari Kota Padang, atau 2 jam dari Bukit Tinggi. Hirzi telah mengalami banyak kemajuan lagi. Atas upaya dan kesabaran Ummi, Hirzi sudah bisa membaca di usianya yang menginjak 5,5 tahun, mengaji sudah sampai Iqra' 4 dan yang paling bahagianya, dia sudah bisa naik sepeda. Untuk itu pula Hirzi semangat lagi minta sekolah, padahal sisa waktu di Lubuk Sikaping hanya tinggal 2 minggu lagi. Tas pun sudah dibeli atas permintaannya waktu kami ke Pasar Aur Kuning di Bukit Tinggi beberapa hari sebelumnya. Bentuk dan jenis tas pun Hirzi yang tentukan. Dia ingin ransel yang tak bergambar apapun, warnanya coklat, dan cukup cantik dipandang mata, kesan tasnya sederhana tanpa pernak-pernik seperti tas sebelumnya yang harus ada gambar Ultraman, Power Ranger, Ben teen, Transformer dan lain-lain.... Hirzi sekarang sudah besar.

Tapi ada satu lagi yang belum dia tunaikan seperti janjinya. Sudah berkali-kali Abah dan Ummi sindir-sindir, walaupun dia risih, tetap dia lakukan. Alasannya Hirzi belum SD.... Kebiasaan Hirzi minum susu menggunakan Dot belum bisa dia tinggalkan, dan sulit dikompromikan karena ini berkaitan dengan kenyamanan. Kalau kami jalan keluar rumah jika harus membawa dot, maka Hirzi menyelipkan dotnya di balik badannya dengan menggunakan plastik atau kertas penutup agar dot-nya tidak kelihatan sama orang yang lewat. Malu, katanya. Dan setiap saat ada peristiwa seperti ini, setiap kali itu pula dia keluarkan pernyataannya, "Nanti kalau Iji udah SD, Iji minum susu pakai gelas", katanya. Kalau ditanya kenapa, ternyata jawabannya, kalau minum susu pakai gelas tidak bisa sambil nonton dan tiduran selonjor di depan tivi, lagi pula Iji kan masih kecil, celotehnya.

Sisa dua Minggu lagi di Lubuk Sikaping, Hirzi mendaftar di sekolah baru. TK KA, Taman Kanak-kanak Kesejahteraan Anak Lubuk Sikaping, Sekolah TK yang ke-4 bagi Hirzi. Bahagia sekali bisa berangkat sekolah lagi. Dan menjadi murid istimewa karena Hirzi adalah Siswa Antar Waktu.... Seperti Anggota Dewan yang tidak habis satu periode dan digantikan oleh rekan lainnya, Anggota Dewan Pengganti Antar Waktu.... Hirzi adalah Siswa Antar Waktu.

Istimewa karena Hirzi tak perlu menggunakan seragam TKKA. Dengan modal petualangnya, Abah dan Ummi yakin, Hirzi tidak sedikitpun grogi apalagi gentar saat dia berbeda dengan temannya yang berseragam lengkap, toh Hirzi adalah satu-satunya siswa yang datang ke sekolah tanpa diantar dan satu-satunya siswa sekolah yang berangkat dan pulang dengan mendayung sepeda.

Cepatlah besar matahariku........
Allah...... Kami bersimpuh memohon, karuniailah anak kami menjadi anak yang shaleh, pintar dan cerdas. Jadikanlah keberadaannya di semua lingkungan sebagai penerang dan penyejuk bagi orang lain. Jauhkanlah dia dari kesombongan, karena kesombongan hanyalah milikMU.

Selasa, 19 April 2011

R e t a j i b o t i


RETAJIBOTI. Nama ini muncul dari ide Hirzi yang dia sendiri tidak tahu artinya, tapi nama ini memang dibuat khusus untuk kendaraan yang dinaikinya untuk menjemput dan menyambut Abah yang datang ke Lubuk Sikaping. Beberapa hari sebelumnya Hirzi menelpon Abah yang sedang berada di Bandung. Kata Hirzi, dia punya sesuatu untuk Abah, tapi tidak boleh dikasitau sekarang, nanti saja waktu Abah sampai di Lubuk Sikaping. Abah merasa terharu sekali sembari menebak-nebak, apa gerangan hadiah yang mau dikasi Hirzi buat Abah.... Momen pun tidak ada, ulang tahun Abah juga sudah lewat sebulan.

Tanggal 14 April Abah selesai mengikuti acara di Hotel Ardjuna, Ciumbuleuit, Bandung. Tanggal 15 besok paginya, kira-kira jam 05.45 WIB Abah berangkat dari Bandung menuju Jakarta dengan travel Cipaganti dan langsung masuk bandara Soekarno-Hatta. Pukul 11.40 Abah sudah naik di pesawat Garuda menuju Padang.

Berdebar perasaan Abah mau jumpa sama Hirzi dan Ummi yang sudah seminggu lebih di Lubuk Sikaping karena Ummi sedang stase disana. Jam 13.25 Abah sudah mendarat di Bandara Internasional Minangkabau. Tidak seperti biasanya, Abah langsung pesan taxi pak Amir untuk ke Gadut. Kali ini dari Bandara Abah harus naik travel lagi ke Lubuk Sikaping dengan waktu tempuh lebih kurang 4 jam. Lama menunggu travel yang menjemput Abah, sempat shalat di bandara dan menunggu lagi hingga jam 16.00 baru travelnya datang, dan akhirnya Abah berangkat menuju Lubuk Sikaping.

Tidak ada jalan yang lurus menuju Lubuk Sikaping. Begitu lewat Bukit Tinggi, langsung berjumpa dengan jalan yang berbelok-belok tak henti-hentinya hingga masuk kota Bonjol. Dari Bonjol ke Sikaping belok-belok lagi. Menurut informasi dari Ummi, kata salah seorang Kasubdin di Lubuk Sikaping, dia sudah menghitung jumlah kelok ke Lubuk Sikaping, ada 68 kali kelok. Benar-benar pusing dibuatnya.

Sekitar jam 20.30 Abah sampai di Lubuk Sikaping, ternyata kotanya sangat sederhana, kecil dengan jalan yang kecil juga serta bersih di setiap sudutnya. Suhunya mungkin 25 derajat, termasuk dingin untuk ukuran wilayah tropis seperti kita. Lubuk Sikaping seperti terletak di sebuah kawah, di sekelilingnya berpagar bukit barisan di seluruh arah, berkabut, hutan yang hijau dan terasa lebih alami di banding kota lain. Abah minta diturunkan di komplek perumahan dokter, persisnya di belakang masjid Agung Al-Muttaqin. Alhamdulillah, sudah sampai.

Melirik kiri-kanan, kok nggak ada Ummi dan Hirzi, HPnya nggak bisa dihubungi juga... Abah bingung sejenak.. Tapi tiba-tiba dari arah samping terlihat ada dua orang sedang melirik-lirik juga ke arah Abah, satu perempuan dan seorang lagi anak kecil kira-kira seumur 5 tahunan.... Sama-sama ragu kami menyapa karena situasi sudah gelap.....

"Abaaah..... Mi... Itu Abah......"
"Hirziiiiiii................. Ummiiiiiiiiiiii..........."

Abah, Ummi dan Hirzi berhamburan dari tempat masing-masing dan berlari saling mendekat....... Geudubraakkkk....... Kami bertabrakan di depan pintu pagar dalam situasi yang remang-remang.....

Alhamdulillah..... Bahagianya rasa hati kami bertiga. Tak dapat dilukiskan dengan kata-kata. Dengan sedikit berseloroh sambil berjalan dan menarik tas koper.... Abah langsung bertanya, apa yang Hirzi rahasiakan sejak Abah di Bandung kemarin? Hirzi berpendirian teguh. Dia tidak mau katakan sebelum Abah menginjakkan kaki di rumah. Ya Allah.... Bahagianya hati kami..

Sampai di rumah Hirzi langsung lari ke kamar dan membongkar lemari Ummi, dimana tempat Hirzi menyimpan 'hadiah' kejutannya buat Abah. Dari balik tangannya yang menyilang di belakang, Hirzi berteriak dan mengeluarkan secarik kertas yang sedikit lusuh..... Abah... Selamat Datang ya... Hirzi dan Ummi cinta sama Abah..... Masya Allah.... Abah tertegun melihat isi coretan kertas itu.

Ada tulisan RETAJIBOTI di bagian atas bus, dan tulisan Hirzi dan Ummi dinding mobil bus sebagai tanda bahwa di dalamnya hanya ada dua penumpang; Hirzi dan Ummi. Bus ini datang menjemput Abah. Di bawahnya ada tulisan, 'SELAMAT DATANG ABAH KAMI CINTA ABAH'.

Ya Allah... Bahagia sekali rasa hati ini. Engkau pisahkan kami bertahun lamanya, dan Engkau jumpakan kami setiap Engkau izinkan kaki ini melangkah. Engkau berikan pula kekuatan kepada anak kami Hirzi tanpa dia mengeluh sedikitpun atas kondisi kami. Bercerai badan kami, tapi Engkau satukan hati kami dalam ikatan kasih sayang yang tiada dapat kami ukur kenikmatannya. Ya Allah, perkayalah selalu isi hati dan jiwa kami dengan kemudahan dan kemurahan hati agar kami dapat berbagi dari rezeki yang Engkau limpahkan setiap waktu kepada kami. Amiin...

I love you Hirzi
I love you Ummi

Lubuk Sikaping, 20 April 2011
Ditulis oleh : Abah Hirzi